Jakarta, CNN Indonesia —
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menyatakan masyarakat semakin takut menyatakan atau berekspresi di ruang publik. Hal ini berdasarkan survei terbaru yang dilakukan 8-15 April 2021.
Peneliti LP3ES, Erwan Halil mengatakan sebanyak 52,1 persen warga setuju ancaman kebebasan sipil meningkat, diiringi ketakutan mereka dalam berpendapat, berekspresi, berkumpul, berserikat sebagai fondasi penting kebebasan.
“Kondisi ini juga diperkuat dengan kinerja sektor pemerintahan, di mana kebebasan berorganisasi atau berpendapat mendapat penilaian publik hanya sebesar 59,2 persen,” kata Erwan, Kamis (6/5).
Erwan menyebut masyarakat secara intens masih mengikuti perkembangan informasi sosial dan politik melalui media massa dan media sosial kendati dihinggapi ketakutan berpendapat dan berekspresi.
Selama pandemi, ia mendapati masyarakat semakin menaruh perhatian pada isu politik. Masyarakat, katanya, banyak bicara misalnya soal prahara partai Demokrat, korupsi bansos, Asabri, bom bunuh diri Makassar, hingga kontestasi parpol serta kandidat capres 2024.
“Temuan survei menunjukkan di masa pandemi Covid-19 ini publik tidak apatis dengan isu sosial politik,” ujarnya.
Survey LP3ES dilakukan mulai 8-15 April terhadap 1.200 responden di 34 provinsi.
Menanggapi hasil survey tersebut, Peneliti LIPI Firman Noor mengatakan perhatian masyarakat pada isu-isu seperti konflik partai penting untuk membangun rasionalitas dalam berdemokrasi.
Namun di sisi lain, hal itu perlu diiringi dengan perbaikan internal dalam partai. Menurut dia, partai politik yang baik cenderung memilih membangun sistem internal, dibanding figur politik atau kaderisasi.
“Perhatian yang besar dari masyarakat pada isu sosial dan politik sangat baik dalam membangun rasionalitas demokrasi,” katanya.
(thr/fra)
[Gambas:Video CNN]