ILUSTRASI. Energy Masuki usia 40 tahun, MedcoEnergi optimistis jaga kinerja ditengah pandemi. DOK MEDCO
Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi penopang kuat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Investasi migas masih terbesar diantara bisnis energi lain. Data SKK Migas menyebutkan bahwa investasi migas lima tahun kedepan bertahan di kisaran US$ 10 miliar sampai US$ 11 miliar.
Untuk semester I-2021 investasi migas tercatat mencapai US$ 4,92 miliar. Ini pula yang membuat PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) masih bertumpu pada bisnis migas kendati saat ini portofolio bisnis Medco meluas ke bisnis pembangkit listrik, infrastruktur listrik, dan pertambangan.
Investasi Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas)
Tahun | Investasi |
2017 | US$ 10,3 miliar |
2018 | US$ 10,9 miliar |
2019 | US$ 11,7 miliar |
2020 | US$ 10,5 miliar |
2021 (Semester I) | US$ 4,92 miliar |
Vice President Corporate Planning & Investor Relations PT Medco Energi Internasional Tbk, Myrta Sri Utami menilai saat ini kontribusi bisnis migas masih mendominasi dari pendapatan perusahaan. “Migas masih mendominasi bisnis kami, gas kontributor utama,” ungkap dia, dalam Medco Energi Company Update Presentation, Kamis (2/9).
MedcoEnergi berhasil membukukan kinerja yang apik sepanjang kuartal pertama 2021. Emiten dengan kode saham MEDC ini membukukan pendapatan senilai US$ 300,23 juta, naik 8,58% dari realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 276,49 juta.
Alhasil, MEDC berhasil membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$ 5,11 juta. Realisasi ini berbanding terbalik dari kondisi pada kuartal pertama tahun lalu dimana MEDC menanggung kerugian hingga US$ 19,96 juta.
Roberto Lorato, CEO Medco Energi merinci, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA Medco sepanjang tiga bulan pertama 2021 sebesar US$ 159 juta, naik hampir dua kali lipat dari posisi pada kuartal keempat tahun 2020.
Kenaikan ini disokong terutama dari pulihnya harga komoditas. Roberto menjabarkan, realisasi harga minyak sebesar US$ 58,8 per barel, atau 14% lebih tinggi secara tahunan. Sementara harga gas stabil di level US$ 5,7 per million british thermal units (mmbtu). Pada kuartal I-2021 lalu MEDC mencatatkan produksi migas sebanyak 101 juta barel minyak ekuivalen per hari (MBOEPD).
“Saya senang melaporkan hasil kinerja yang membaik dengan laba bersih positif dan EBITDA yang meningkat. Harga komoditas terlihat telah berangsur pulih, namun permintaan gas masih rendah. Kinerja operasional dan keselamatan kerja kami tetap kuat, meskipun pandemi jelas belum berakhir,” terang Roberto dalam keterangan tertulisnya, pada Juni lalu.
Sementara itu, masih bertumpunya MedcoEnergi dalam bisnis migas terlihat dari porsi belanja modal yang dialokasikan. Pada tahun ini MedcoEnergi mengalokasikan US$ 150 juta untuk belanja modal tahun ini dari total belanja modal MEDC sebesar US$ 215 juta.
Adapun capex sebesar US$ 150 juta itu akan digunakan untuk proyek South Natuna Sea Block B, Kepulauan Riau. Sampai dengan kuartal I 2021, belanja modal yang sudah terserap senilai US$ 6 juta.
Myrta menjelaskan salah satu aktivitas di sektor migas yang sedang dikembangkan adalah proyek South Natuna Sea Block B. Blok ini telah meningkatkan produksi migas perusahaan. Selain itu, Medco juga berhasil meraih empat penemuan eksplorasi gas komersial di sumur Bronang-2, Kaci-2, West Belut-1 dan Terubuk-5.
MEDC juga melaporkan, South Natuna Sea Block B mendapatkan perubahan terms keekonomian setelah menyelesaikan pengembangan lapangan minyak Forel yang sedang berlangsung. MEDC juga saat ini tengah menyelesaikan program acid fracturing pada dua sumur Alur Siwah untuk optimisasi produksi gas masa depan di Aceh.
Sampai dengan kuartal I 2021, Myrta melihat kinerja migas lebih baik dibandingkan akhir tahun 2021. hal ini tercermin dari harga migas yang menunjukan kenaikan. Meski demikian, MEDC tetap konservatif di sepanjang tahun ini karena melihat permintaan energi yang belum sepenuhnya pulih atau sama seperti kondisi sebelum pandemi. Maka dari itu, pihaknya mengestimasi produksi migas di 2021 akan lebih rendah dibandingkan 2020.
MEDC pada tahun ini menargetkan produksi 100-105 mboepd dengan mempertahankan cost produksi sebesar US$ 10 per barrel oil equivalent (boe).
Gas Menjadi Tumpuan
Pemerintah saat ini sedang fokus untuk melakukan transisi energi. Di sisi lain, perusahaan minyak dan gas bumi juga mulai mengalihkan perhatian ke bisnis gas bumi. Hal ini menjawab keinginan dunia akan energi bersih yang bisa menekan emisi karbon.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menerangkan, selain sebagai sumber energi, industri hulu migas juga merupakan penggerak perekonomian nasional.
“Keberadaan industri migas di berbagai tempat di Indonesia telah mendorong munculnya aktivitas-aktivitas perekonomian lainnya di wilayah tersebut,” terang dia dalam sambutan dalam Pembukaan Konvensi dan Pameran IPA ke-45 2021 yang mengusung tema “Realising Indonesia’s Energy Vision – Post Pandemic”, Rabu (1/9).
Dia mengatakan bahwa Pemerintah sedang menyelesaikan penyusunan Grand Strategi Energi Nasional dimana kedua hal yang menjadi agenda penting yaitu peningkatan produksi migas dan penurunan emisi karbon harus dapat berjalan bersama dengan saling bersinergi.
Kata Arifin, pemerintah juga tetap optimis untuk meningkatkan produksi migas melalui kegiatan eksplorasi dan produksi yang lebih masif dan agresif, dengan target produksi minyak sebesar 1 juta BOPD dan gas sebesar 12 BSCFD pada tahun 2030.
Dalam rangka pencapaian program tersebut, seluruh pelaku industri hulu migas agar dapat melaksanakan strategi-strategi yang harus dilakukan secara extraordinary sebagai berikut:
1. Mempertahankan level produksi saat ini melalui optimasi produksi pada lapangan eksisting dengan pelaksanaan manajemen yang baik; program kerja yang efektif dan efisien; transisi alih kelola Wilayah Kerja secara cepat dan efektif, serta reaktivasi lapangan yang tidak berproduksi;
2. Transformasi sumber daya menjadi produksi (Resource to Production), melalui pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana pengembangan lapangan, percepatan monetisasi lapangan-lapangan yang belum dikembangkan dan pengembangan migas non konvesional.
3. Percepatan pemroduksian tahap lebih lanjut baik secondary maupun tertiary recovery. Pemerintah mendorong K3S untuk menjalin kerja sama strategis dengan pihak lain yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pengembangan dan penerapan EOR.
4. Peningkatan dan percepatan eksplorasi. Pemerintah senantiasa mendorong peningkatan kegiatan akuisisi dan peningkatan kualitas data migas secara terintegrasi, sehingga dapat menunjang kegiatan eksplorasi dan investasi hulu migas.
Demi mendukung keseimbangan energi tersebut, pemeritah memiliki strategi dengan mengembangkan produksi gas bumi untuk berbagai sektor termasuk utuk sektor kelistrikan, jaringan gas pipa, meningkatkan produksi LPG, dan memperkuat trerminal dan infrastruktur gas bumi. “Industri migas harus bisa menjadi lokomotif ekonomi,” terang dia.
Sementara itu, Ronald Gunawan Chief Operating Officer & Director at PT Medco Energi Internasional Tbk yang Board of Director IPA mengatakan bahwa konsep transisi energi yang bertumpu pada produksi gas bumi adalah jawaban. “Gas menjadi peranan penting dalam transisi energi,” kata dia, Kamis (3/9).
Dia menilai, kebutuhan gas akan sangat besar di masa depan. Apalagi menurut ExxonMobil kebutuhan gas bumi di Asia Pasifik akan mencapai 80%.”Ditambah lagi harga LNG sekarang sudah bagus,” urai dia.
Padahal, kata Ronald, 10 tahun ke belakang harga LNG tidak menggembirakan. “Sekarang good news, banyak kemudian proyek-proyek gas mulai dikembangkan kembali,” terang dia.
DONASI, Dapat Voucer Gratis!
Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
Reporter: Azis Husaini
Editor: Azis Husaini