KABAR PRIANGAN – Perbedaan keyakinan dalam berkehidupan maupun politik sudah harus dikesampingkan, termasuk menjelang tahun politik 2024. Justru adanya perbedaan tersebut harus diapresiasi menjadi kekuatan yang justru akan menguatkan bangsa yang memiliki kedaulatan bangsa dan masa depan bangsa ini.
“Jadi ketika ajang politik menggunakan politik identitas atau SARA (suku, agama, ras, antargolongan), saya kira itu strategi murahan,”
kata Budayawan Tasikmalaya Bode Riswandi saat mengisi materi mengenai kemasyarakatan dan politik pada acara Festival Bhineka Tunggal Ika dengan tema “Bersatu dalam Keberagaman untuk Akselerasi Pembangunan Tasikmalaya” di GOR Sukapura, Kota Tasikmalaya, Minggu 27 November 2022.
Baca Juga: Andalkan Dana ‘Talang Tulung’ Kontingen NPCI Kota Tasikmalaya Tembus Peringkat 7 Peparda Jabar 2022
Selain Bode, tampil sebagai pemateri pada acara itu mantan presenter kondang Tamara Geraldine, Kapolres Tasikmalaya Kota AKBP Aszhari Kurniawan dan Influencer Tasikmalaya An An Aminah.
Bode juga tak menampik bila isu SARA selalu muncul menjelang kenduri politik.
“Tetapi setelah usai, hilang sudah. Saya memandang ada agen yang sengaja dibuat atau berinisiatif memanfaatkan SARA untuk kepentingan seseorang dalam memenuhi syahwat politik atau justru mereka menitipkan hidupnya dengan cara menggelembungkan isu SARA itu,” kata Bode.
Baca Juga: Penanganan Korban Gempa Cianjur di Hari ke-7: 3 Jenazah Ditemukan Tim SAR Gabungan, 11 Orang Masih Hilang
Karena itulah Bode berharap forum diskusi seperti yang diinisiasi PC Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kota Tasikmalaya dan Forum Bhineka Tunggal Ika Tasikmalaya bisa lebih sering digelar dalam upaya mempersatukan persepsi tentang bagaimana mendorong masa depan bangsa ke arah yang lebih baik.