Isu tentang ilmu pengetahuan beserta turunannya, seperti sains dan teknologi modern di kalangan umat Islam sebagai salah satu persoalan krusial. Sains dan teknologi modern, menjadi pembicaraan menarik yang menjadi penggerak perubahan dalam sejarah perjalanan panjang manusia yang tak bisa dihindarkan.
Hampir segala aspek kehidupan tak luput dari persoalan, seperti bekerja, berkomunikasi, berbelanja, berwisata, bersekolah, dan bahkan beragama sekalipun. Mendapatkan fasilitas, sekaligus dipengaruhi oleh kemajuan sains dan teknologi modern, terutama ketika hampir semua belahan dunia dilanda Pandemi Covid-19.
Penemuan sains dan teknologi modern, seakan memberikan pesan, bahwa sains dan teknologi modern tak lebih daripada sains biasa. Dimana penemuan para ilmuwan mengarahkan kita kepada suatu tempat yang hendak dicapai pada kehidupan masyarakat di masa depan.
Buku; Islam, Sains, dan Muslim: Pergulatan Spritualitas dan Rasionalitas
Pada karya Sayyed Hossein Nasr, yang berjudul: Islam, Sains, dan Muslim: Pergulatan Spiritualitas dan Rasionalitas, seperti mengajak kita untuk memahami karakteristik dan mempersiapkan landasan yang kokoh dari sifat sains dan teknologi modern.
Sepertinya dilarang naif dan menganggap kemajuan sains dan teknologi modern memiliki sifat kenetralan serta benar-benar bebas nilai pada lingkungan kehidupan.
Kemajuan sains dan teknologi merupakan suatu tantangan langsung terhadap pandangan dunia, terutama Islam dan penganutnya. Dimana selalu mengklaim pengetahuan tentang realitas, tak hanya berdasarkan pada rasionalitas, akan tetapi juga pada wahyu dan inspirasi.
Tantangan tersebut tampak nyata, manakala barat mendominasi penemuan-penemuan sains dan teknologi modern. Sedangkan sebagian besar kaum muslimin, hanya mengambil manfaat serta terpengaruh oleh kemajuan sains, teknologi modern. Selain itu, ia juga berhasrat mengadopsi secara membabi buta tanpa adanya penilaian kritis.
Alih-alih melakukan kritik sistem nilai implisit yang sudah melekat dalam diri sains dan teknologi modern dari sudut pandang Islam. Justru. banyak pendukung dari kalangan intelektual muslim dalam upaya peniruan secara gamblang mengklaim sains dan teknologi modern bebas nilai dan netral.
Dinamika Sains dan Teknologi Modern
Fanatik modernisme adalah sebuah pemujaan tak terkendali serta peniruan terhadap sains dan teknologi modern. Dengan demikian adanya, belum tentu melahirkan kebangkitan ilmiah yang masih kurang sudut pandang tentang penguasaan dasar-dasar sains dan teknologi modern.
Pada kalangan umat Islam saat ini, diibaratkan seperti meminum pil pahit. Manakala dianggap memiliki pandangan keras bahwa Islam memiliki masalah dengan sains modern. Justru, yang memiliki masalah terhadap sains, terdapat di dunia Barat, karena pihak Gereja pernah mencurigai sains Galileo.
Diakui atau tidak, kenyataan sejarah sains barat memang demikian dan hari ini mereka mampu memperbaikinya. Akan tetapi, dalam dunia Islam terdapat masalah serupa ketika menyaksikan kembali sebagian besar tokoh-tokoh agama yang anti sains berbasis agama.
Penolakan terhadap sains dan teknologi modern dengan dalih agama, dimana keduanya dianggap sebuah siasat Barat untuk menyebarkan pandangan dunia materialis. Banyak tokoh-tokoh di dunia Arab-Muslim yang berpandangan bahwa al-Quran harus diterima secara harfiah tanpa harus diinterpretasi.
Bagi Nasr, yang dibutuhkan saat ini adalah kritik Islam yang positif dengan berdasarkan pada pengetahuan bukan pada slogan-slogan. Dalam hal ini juga, tidak hanya tertuju pada permasalahan apa itu sains dan teknologi modern.
Maka harus dikaji kembali dalam dasar-dasar filosofis dari sudut pandang Islam, supaya terungkap pada umat Islam secara tepat dan benar. Pada kajiannya juga; mengetahui tentang apa yang menjadi landasan sistem nilai dan asumsi filosofis mengenai sifat realitas sains dan teknologi modern.
Dalam konteks ini, sekiranya penting perumusan ulang terhadap pandangan dunia Islam dalam setiap struktur pengetahuan. Hal ini bertujuan agar mudah untuk dipelajari, dikritik, dan dipahami. Mendapatkan elemen penting dari pandangan dunia sains dan teknologi modern, baik menyangkut kosmik ataupun metakosmik.
Apa yang Bisa Umat Muslim Lakukan?
Bagi Nasr, jika umat muslim ingin kembali pada esensinya, maka paling tidak harus melakukan beberapa langkah diantaranya; Pertama, menyetop segala sikap pemujaan berlebihan terhadap sains dan teknologi modern barat yang berlaku saat ini di sebagian besar umat Islam.
Kedua, harus melakukan kajian yang lebih mendalam terhadap sumber-sumber Islam tradisional, mulai dari al-Quran dan hadis. Selain itu, semua karya tradisional terkait ilmu pengetahuan, filsafat, teologi, kosmologi, metafisika kaum sufi dan sejenisnya harus dipelajari.
Ketiga, mahasiswa yang mempelajari sains dan teknologi modern boleh lebih banyak, terutama sains dasar sebagaimana disebut sebagai sains murni. Keempat, menghidupkan kembali ilmu-ilmu Islam tradisional dimana dan kapan, yang memungkinkan, seperti kedokteran, farmakologi, pertanian, dan arsitektur dan ilmu lainnya.
Bagi Nasr, merupakan langkah penting, bukan hanya akan memberikan kepercayaan yang lebih pada umat Islam. Selain itu, ia juga mengatakan, dapat menghilangkan klaim monopoli sains dan teknologi modern barat.
Kelima, mengawinkan kembali ilmu dan etika melalui struktur teoritis pada dasar filsafat ilmu. Bukan pada pribadi sang ilmuwan, akan tetapi juga melalui struktur teoritis. Melalui dasar-dasar filsafat ilmu (halaman 205-215). Bagi Nasr, semua langkah yang disebut di atas, merupakan tugas para teolog, filsuf, dan para ahli etika muslim serta para ilmuwan.
Dengan demikian, kepentingan Islam dan penganutnya, agar memahami sains dan teknologi modern. Sebagaimana sesuai dengan tradisi intelektual Islam memiliki kualitas positif dari sudut pandang ilmiah, historis dan filosofis.
Selain itu juga, kepentingan umat Islam adalah untuk memahami perkembangan panjang ilmu pengetahuan. Dalam rangka khazanah peradaban Islam mengenai dengan interpretasi wahyu Islam dan elemen-elemen tradisi intelektualisme Islam lainnya.
Dalam konteks ini, penting kiranya setiap ilmu keislaman harus dipelajari dan juga dilihat serta dimaknai dari sudut pandang keislaman. Tidak luput juga agar diapresiasi atas pencapaian yang ada, bukan karena apakah keilmuan tersebut sesuai dengan konteks saat ini.
Editor : Z. Azhar