Saham Batu Bara Overweight, Simak Rekomendasi ADRO, ITMG & PTBA

Bisnis.com, JAKARTA — Saham sektor batu bara dinilai masih overweight karena adanya gangguan pasokan global.

Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan, rekomendasi overweight di sektor batu bara Indonesia terkait dengan larangan impor batu bara Rusia yang mengganggu pasokan global.

“[Serta] potensi permintaan karena Rusia memotong pengiriman gas alam ke negara-negara Eropa,” ujarnya dalam riset yang dikutip, Kamis (30/6/2022).

Sebagai catatan, pemerintah Eropa telah sepakat melarang masuknya batu bara Rusia mulai Agustus 2022 sebagai babak baru sanksi negara di bawah kepemimpinan Vladimir Putin tersebut.

Di sisi lain, menurut Juan, Jepang juga telah mengambil langkah untuk menangguhkan perdagangan baru batu bara Rusia.

Akibatnya, Eropa pun mencari alternatif lain untuk mengurangi ketergantungannya pada gas alam Rusia yang telah dihentikan, salah satunya dengan mulai kembali menggunakan pembangkit listrik tenaga batu bara.

“Kami mencatat bahwa pembangunan kapasitas batubara dapat melambat setelah lebih banyak bank berjanji untuk membuang bahan bakar fosil,” imbuh Juan.

Sebelumnya, melansir laman resmi Europe Commission, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen telah memperingatkan negara-negara anggota Uni Eropa untuk tidak kembali menggunakan bahan bakar fosil, menyusul adanya ‘perang energi’ antara Eropa versus Rusia.

Penggunaan batu bara yang lebih efisien dari gas berpotensi dua kali lipat mencemari lingkungan, sehingga dianggap akan merusak tujuan Eropa untuk mengurangi emisi sebesar 55 persen pada 2030 mendatang.  

“Kita harus memastikan bahwa kita menggunakan krisis ini untuk bergerak maju dan tidak mundur ke bahan bakar fosil yang kotor,” jelasnya.

Mirae pun memilih tiga emiten batu bara sebagai pilihan, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).

Di antara ketiga saham batu bara tersebut, ADRO menjadi top pick atau pilihan utama karena pendapatan yang lebih tinggi tahun ini dengan sejumlah katalis positif.

“[ADRO] didukung penerima manfaat dari harga batu bara yang menguntungkan, ditambah dengan volume penjualan yang lebih tinggi dan diversifikasi ke bisnis selain batu bara yang akan mendukung ke depan,” pungkas Juan.

ADRO dan ITMG direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp3.950 dan Rp39.400, sedangkan PTBA mendapat rekomendasi trading buy dengan target harga Rp4.500.

Adapun risiko rekomendasi mencakup harga batu bara global yang lebih rendah dan perubahan peraturan.

Mengakhiri semester I/2022 pada perdagangan hari ini, Kamis (30/6/2022) baik ADRO, ITMG maupun PTBA terpantau parkir di zona merah.

ADRO terkoreksi 0,35 persen ke posisi 2.860, sementara ITMG turun 2,70 persen ke level 30.675, disusul PTBA yang merosot 4,26 persen dan membawanya ke posisi 3.820.

Meski begitu, secara tahunan hingga hari ini atau year-to-date (ytd), ketiganya mencatatkan kenaikan yang berkisar 20,68 persen hingga 56,31 persen. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di
Bawah Ini :

Konten Premium
Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
Masuk / Daftar